Resensi novel " Janji Es Krim"
Mencari Cinta Dalam Sebuah Janji
Judul : Janji Es Krim
Penulis : Nimas Aksan
Penerbit : Stiletto, Yogyakarta
Tahun : Cetakan Pertama, Maret 2012
Jumlah Halaman : 261 halaman
Novel karya Nimas
Aksan dengan tebal 261 halaman ini sudah nggak diragukan lagi
kredibilitasnya sebagai penulis. Sosoknya yang kocak menghantarkannya menyabet
penghargaan sebagai SUKER TERGOKIL di Kemsasnas
2012 kemarin di Cikole Bandung.
Menjadi
seorang wanita berumur 26 tahun namun masih lajang memang menjadi momok
tersendiri, apalagi saat banyak yang bertanya kapan akan menikah sedangkan
belum ada calon yang tepat.
Apakah
wanita berumur 26 tahun dan masih jomblo adalah suatu bentuk kesialan dalam
hidup? Itulah yang terjadi pada Mia, tokoh dalam Novel Janji Es Krim. Mia yang
menganggap dirinya selalu tertimpa kesialan, tak hanya dalam cinta tapi juga
dalam karir. Secara tak sengaja Mia bertemu dengan seorang cenayang yang
mengatakan jika ia harus melunasi janji dan nazarnya. Apakah benar kesialan Mia
memang terjadi karena ia belum membayar nazarnya zaman SMA dulu. Ia pun
akhirnya mencari sahabat SMAnya dan terlibat dalam cinta rahasia dengan
tunangan sahabatnya.
Di
dalam agama memang ada kewajiban untuk memenuhi nazar, namun apakah ada yang
dinamakan kesialan dalam hidup? Novel ini seperti mengajak kita untuk menikmati
es krim berbagai rasa di dalamnya, ada kejutan-kejutan yang menghampiri lidah
kita di setiap babnya. Kecewa, kepedihan, tawa, juga semangat.
Nimas
Aksan meramu dengan apik dalam buku ini kisah cinta cewek metropolis yang
mandiri namun ia pun juga menyelipkan pesan jika kesialan hanyalah sugesti
dalam hidup. Kesialan terjadi karena bertemunya kecerobohan dan ketidakpekaan
kita terhadap lingkungan yang akhirnya menjadikan segala sesuatunya
berantakan.
Ketika
membaca bab awal buku manis ini, seperti de-javu. Setelah kuputar otak,
akhirnya aku mengetahui jawabannya, aku pernah mengintipnya beberapa waktu yang
lalu. Berhasilnya sebuah karya adalah ketika penikmat yang dalam hal ini kita
sebut pembaca merasa dibawa berselancar bersamanya. Saat bertindak konyol,
terharu, menangis, lalu bahagia aku merasakannya. Dengan lincah, seorang Nimas
Aksan sudah berhasil melakukannya. Dan hal lain yang juga patut ditiru, Penulis
lucu ini seperti sudah mengkonsepkan buku ini ke dalam sebuah film melihat
profesinya yang juga sebagai penulis skenario. Selain bisa membuat kita ketawa
dengan tingkah konyol yang dilakukan Mia, seperti dalam kutipan dialog, Bapak
memelihara koki dan ikan mas, serta tidak mengindahkan usulanku untuk menambah
beberapa ekor piranha. Juga banyak pesan yang disampaikan, seperti dalam
kutipan Dudi, “Kepercayaanku saja tak cukup tanpa ada niat dari dirimu untuk
menjaganya.”
Komentar
Posting Komentar